Fenomena Jilboobs

Baru-baru ini, dunia maya diramaikan dengan perbincangan mengenai Jilboobs.Jika ditilik dari etimologinya “jilboobs” adalah gabungan dari kata “jilbab” dan “boobs” (payudara wanita, diartikan dari bahasa Inggris informal). Orang Indonesia memang layak mendapat gelar paling kreatif dalam menciptakan istilah dan akronim. Wanita yang dijuluki jilboobs adalah mereka yang mengenakan penutup kepala atau jilbab tapi masih mengenakan pakaian yang mengekspos bagian payudara pemakainya. Berbagai pendapat pun bermunculan. Mulai dari yang tidak mengindahkan, menanggapi dengan candaan kasar, hingga yang keras menentang


Gaya busana para jilboobers itu sendiri sebenarnya cukup beragam. Satu benang merah yang bisa dilihat dari ragam busana jilboobers tersebut adalah ukuran pakaian yang ketat sehingga bagian payudara penggunanya terekspos.

Jilboobs, yang belakangan sering dijadikan bahan bercandaan dan jadi sumber kenyinyiran, sebenarnya adalah bentuk penghinaan besar terhadap kedaulatan tubuh wanita. Orang bisa dengan mudah mengolok dan menilai wanita yang fotonya terpampang jelas di depan mata. Orang tak pernah merasa wajib untuk mengakui bahwa wanita tersebut adalah pribadi manusia yang utuh, bukan cuma potongan gambar.
Bukankah sejak awal jilbab memang dimaksudkan untuk menjaga kehormatan wanita? Bukankah dengan berjilbab sepatutnya wanita menjadi terlindungi dari berbagai gangguan?
“Tapi kan memang jilboobs itu pakai jilbabnya gak benar. Gak syar’i !   Masih memperlihatkan bentuk badan!”
Memang, wanita-wanita yang fotonya dikumpulkan (beberapa bahkan tidak disensor mukanya) itu belum mengenakan jilbab yang menutup dada. Tapi apakah layak kita perlakukan sebagai makhluk dua dimensi dalam media pixel yang tidak memiliki perasaan dan layak dihujat sebagai “lonte” atau “calon penghuni neraka“?

Tanpa bermaksud membela dan mendukung penggunaan jilbab yang dinilai kurang syar’i, kita perlu kembali mengingatkan diri sendiri bahwa para jilboob-ers itu juga manusia yang punya ceritanya masing-masing. Keputusan mengenakan jilbab adalah komitmen besar yang tidak layak dicemooh.

Paling tidak mereka sudah mencoba
Kesalahan dalam proses belajar adalah hal yang harus dimaklumi, bukan? Justru yang tidak boleh kita anggap biasa adalah ketika orang asing dengan mudah mengeluarkan umpatan pada pribadi yang sedang berusaha berbenah menjadi lebih baik.
Ketika kita bisa mengutuk wanita-wanita yang belum menjulurkan penutup kepalanya sampai ke dada, kenapa masyarakat kita tidak bisa menujukan kutukan yang sama ke pelaku yang dengan isengnya mengumpulkan foto-foto mereka? Apakah hanya wanita yang harus berusaha menjaga diri, sementara lelaki bisa dengan enaknya tidak punya kewajiban menjaga mata?
Tuntutan agar wanita yang berjilbab segera mengenakan pakaian longgar dan menutup dadanya sepatutnya dibarengi dengan perbaikan mental masyarakat kita. Sampai kapanpun tubuh wanita akan tetap terlihat berlekuk. Tidak peduli seberapa tebal lapisan pakaian yang dikenakannya.
Selama lelaki tidak bisa menjaga pandangannya, selama wanita belum berhenti dipandang sebagai makhluk berdada mancung yang layak dinikmati tubuhnya oleh khalayak — fenomena macam jilboos ini tidak akan pernah berakhir. Dan wanita akan kembali jadi korbannya.
Sebagai wanita yang berjilbab, fenomena jilboobs ini membuat saya berpikir:

Jika yang berjilbab saja bisa dengan mudah dilabeli, bagaimana dengan wanita yang tidak berjilbab? Haruskah kita mulai menggunakan celana besi dan membebat dada agar rata supaya bisa hidup aman?”

Saya sungguh berharap pikiran saya itu salah dan picik.

Berikut ini beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemakaian jilbab yang sesuai dengan Kaidah Islam.
  • Hendaklah jilbab menutupi seluruh badannya kecuali wajah dan telapak tangan. Dengan catatan, apabila seorang menutupi keduanya maka ini jelas lebih suci dan utama
  • Tidak ketat sehingga menggambarkan lekuk tubuh
  •  Kainnya harus tebal, tidak tipis dan tidak tembus pandang sehingga menampakkan kulit dan bentuk tubuh
  • Tidak menyerupai pakaian laki-laki
  • Tidak mencolok dan berwarna yang dapat menarik perhatian
  • Tidak menyerupai pakaian wanita kafir
  • Bukan pakaian untuk mencari popularitas
  • Tidak diberi parfum atau wangi-wangian.